2 Mei
Hari Jadi Kota Semarang
Sejarah Semarang berawal kurang
lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang
menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada
masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau
kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung,
gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah
yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan
tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk
ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar
pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan
kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Gedong Batu (Sam
Poo Kong).
Pada akhir abad ke-15 M ada
seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan, untuk menyebarkan agama
Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur,
dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem
Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.
Sebagai pendiri desa, kemudian
menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I.
Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan
Arang II. Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin
menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian
Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena
persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan
Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan
dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H
disahkan oleh Sultan Hadiwijayasetelah berkonsultasi dengan Sunan
Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota
Semarang.
Kemudian pada tahun 1678
Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang
sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari
pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono
I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena
telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi
kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1906 dengan Stanblat
Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini
dikepalai oleh seorang Burgemeester (Walikota). Sistem Pemerintahan ini
dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya
pemerintahan pendudukan Jepang.
Pada masa Jepang terbentuklah
pemerintah daerah Semarang yang di kepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh
dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa
Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober
1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur
melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri
kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan namaPertempuran lima hari di Semarang.
Tahun 1946 lnggris atas nama Sekutu menyerahkan
kota Semarang kepada pihak Belanda.Ini terjadi pada tangga l6 Mei 1946. Tanggal
3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam
Sudjahri, walikota Semarang sebelum
proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan
daerah kota Semarang. Narnun para pejuang di bidang pemerintahan tetap
menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian diluar
kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah
mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta.
Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo
dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba
berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti dimasa kolonial dulu
di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam
masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada
bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB.
menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono,
seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri di Yogyakarta. Beliau menyusun
kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan. Sejak
tahun 1945 para walikota yang memimpin kota besar Semarang yang kemudian
menjadi Kota Praja dan akhirnya menjadi Kota Semarang adalah sebagai berikut:
v
Mr. Moch.lchsan
v Mr.
Koesoebiyono (1949 - 1 Juli 1951)
v RM.
Hadisoebeno Sosrowardoyo ( 1 Juli 1951 - 1 Januari 1958)
v Mr.
Abdulmadjid Djojoadiningrat ( 7Januari 1958 - 1 Januari 1960)
v RM
Soebagyono Tjondrokoesoemo ( 1 Januari 1961 - 26 April 1964)
v Mr.
Wuryanto ( 25 April 1964 - 1 September 1966)
v Letkol.
Soeparno ( 1 September 1966 - 6 Maret 1967)
v Letkol.
R.Warsito Soegiarto ( 6 Maret 1967 - 2 Januari 1973)
v Kolonel
Hadijanto ( 2Januari 1973 - 15 Januari 1980)
v Kol.
H. Imam Soeparto Tjakrajoeda SH ( 15 Januari 1980 - 19 Januari 1990)
v Kolonel
H.Soetrisno Suharto ( 19Januari 1990 - 19 Januari 2000)
v H.
Sukawi Sutarip SH. ( 19 Januari 2000 - sekarang )
Penguasa Semarang: Dibawah Pajang dan
Mataram
a) Pangeran
Kanoman atau Pandan Arang III (1553-1586)
b)
Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659)
c)
Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666)
d)
Mas Tumenggung Prawiroprojo (1666-1670)
e)
Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674)
f)
Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung
Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701)
Dibawah VOC:
Ø
Raden Martoyudo atau Raden Sumimngrat
(1743-1751)
Ø Marmowijoyo
atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadmienggolo (1751-1773)
Ø Surohadimenggolo
IV (1773-?)
Ø Adipati
Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?)
Pemerintahan Hindia Belanda:
1. Raden
Tumenggung Surohadiningrat (?-1841)
2.
Putro Surohadimenggolo (1841-1855)
3.
Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860)
4.
RTP Suryokusurno (1860-1887)
5.
RTP Reksodirjo (1887-1891)
6.
RMTA Purbaningrat (1891-?)
Pemerintahan dibagi 2 : Kota Praja
dan Kabupaten. Penguasa pribumi kemudian menjadi Bupati Semarang:
ü
Raden Cokrodipuro (?-1927)
ü RM
Soebiyono (1897-1927)
ü RM
Amin Suyitno (1927-1942)
ü RMAA
Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945)
Pemerintahan Republik Indonesia:
o
R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945),
hanya berlangsung satu bulan
o
M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun
1946)
Pemerintahan RIS:
·
RM.Condronegoro hingga tahun 1949
Setelah Pengakuan Kedaulatan:
F
M. Sumardjito (1946-1952)
F R.
Oetoyo Koesoemo (1952-1956).
Utuk Bupati selanjutnya buka
halaman Kabupaten Semarang
Kotamadya Semarang
secara definitif ditetapkan berdasarkan UU Nomor 13 tahun 1950 tentang
pembentukan kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah.
No comments:
Post a Comment